Kisah Para Wanita di Balik Terobosan Matematika
Ketika kita membayangkan seorang matematikawan hebat, siapa yang muncul dalam pikiran? Isaac Newton dengan hukum gravitasinya? Albert Einstein dengan teori relativitasnya? Atau mungkin Carl Friedrich Gauss, sang "Pangeran Matematikawan"? Kemungkinan besar, nama-nama yang terlintas adalah nama laki-laki. Namun, tahukah kamu bahwa di balik kemajuan matematika yang kita nikmati saat ini, terdapat banyak wanita luar biasa yang kontribusinya sering terlupakan atau bahkan sengaja dihapuskan dari catatan sejarah?
1. Hypatia: Martir Pertama Matematika
Perjalanan kita dimulai pada abad ke-4 Masehi di Alexandria, Mesir, tempat Hypatia—matematikawan, astronom, dan filsuf wanita pertama yang tercatat dalam sejarah—mengajar di perpustakaan Alexandria yang terkenal. Hypatia dikenal karena karyanya tentang kerucut dan aljabar, serta pengembangan astrolabe (instrumen astronomi kuno).
Tragisnya, Hypatia tewas dengan cara yang mengerikan pada tahun 415 M, ketika sekelompok orang yang dipicu oleh ketegangan politik dan agama menyeretnya dari kereta kudanya, menelanjanginya, dan membunuhnya dengan kejam. Kematiannya menandai akhir era Alexandria sebagai pusat pembelajaran matematika dunia.
2. Émilie du Châtelet: Jenius yang Tersembunyi di Balik Bayangan Voltaire
Melompat ke abad ke-18, kita bertemu dengan Émilie du Châtelet, seorang bangsawan Prancis yang memiliki bakat luar biasa dalam matematika dan fisika. Meski sering dikenal sebagai kekasih filsuf terkenal Voltaire, pencapaian intelektualnya jauh melampaui hubungan tersebut.
Du Châtelet menerjemahkan dan mengomentari Principia Mathematica karya Newton ke dalam bahasa Prancis—sebuah terjemahan yang masih menjadi standar di Prancis hingga saat ini. Ia juga menulis Institutions de Physique yang memperkenalkan fisika Newton kepada masyarakat Prancis dan mengembangkan konsep energi kinetik.
3. Sophie Germain: Matematikawan Autodidak yang Menggunakan Nama Samaran
Di tengah kekacauan Revolusi Prancis, seorang gadis bernama Sophie Germain menemukan kecintaannya pada matematika. Karena wanita dilarang menempuh pendidikan formal di bidang matematika, Germain belajar secara otodidak dari buku-buku di perpustakaan ayahnya.
Untuk dapat berkorespondensi dengan matematikawan terkenal seperti Lagrange dan Gauss, Germain menggunakan nama samaran "Monsieur Antoine-August Le Blanc." Melalui nama ini, ia mengirimkan makalah tentang teori bilangan dan mendapatkan pengakuan dari Gauss.
Prestasi terbesar Germain adalah kontribusinya terhadap pembuktian teorema terakhir Fermat. Ia mengembangkan pendekatan yang kemudian dikenal sebagai Teorema Sophie Germain, yang menunjukkan bahwa persamaan Fermat tidak memiliki solusi untuk eksponen prima tertentu. Meski tidak berhasil membuktikan teorema tersebut secara keseluruhan (yang akhirnya dipecahkan oleh Andrew Wiles pada 1994), karyanya meletakkan dasar penting bagi pembuktian di kemudian hari.
4. Ada Lovelace: Programmer Pertama Dunia
Nama Augusta Ada King, Countess of Lovelace, mungkin sudah lebih dikenal saat ini, tetapi selama berabad-abad kontribusinya tetap tersembunyi. Putri dari penyair Lord Byron ini diperkenalkan pada matematika oleh ibunya yang takut Ada akan mewarisi temperamen ayahnya yang sulit.
Pada tahun 1840-an, Lovelace bekerja dengan Charles Babbage pada mesin analitik—komputer mekanik pertama yang dirancang namun tidak pernah dibuat secara utuh. Lovelace tidak hanya menerjemahkan makalah tentang mesin tersebut, tetapi juga menambahkan catatan yang tiga kali lebih panjang dari makalah aslinya.
Dalam catatannya, Lovelace mendeskripsikan bagaimana mesin tersebut dapat menghitung bilangan Bernoulli—serangkaian algoritma yang dianggap sebagai program komputer pertama di dunia. Ia juga memvisualisasikan bahwa komputer tidak hanya untuk perhitungan numerik, tetapi juga dapat memanipulasi simbol dan bahkan menciptakan musik. Visi Lovelace ini melampaui zamannya hingga satu abad!
5. Emmy Noether: Revolusioner Matematika Modern
Albert Einstein menyebutnya sebagai "jenius matematika kreatif yang paling signifikan sejak pendidikan tinggi dibuka untuk wanita." Emmy Noether, seorang matematikawan Jerman-Yahudi yang hidup pada awal abad ke-20, membuat kontribusi revolusioner dalam teori cincin, teori medan, dan fisika teoretis.
Noether mengalami diskriminasi luar biasa sepanjang kariernya. Meski memegang gelar doktor, ia tidak diizinkan mengajar di Universitas Göttingen dan harus memberikan kuliah di bawah nama seorang kolega laki-laki tanpa dibayar. Selama tujuh tahun, ia mengajar tanpa gaji atau gelar resmi.
Teorema Noether, yang menghubungkan simetri dalam fisika dengan hukum kekekalan, dianggap sebagai salah satu teorema terpenting dalam fisika matematika modern. Einstein sendiri menggunakan teori ini dalam pengembangan teori relativitas umum.
6. Katherine Johnson: Matematikawan di Balik Misi Apollo
Matematikawan wanita tidak hanya berkontribusi pada teori, tetapi juga pada pencapaian praktis yang mengubah dunia. Katherine Johnson, yang kisahnya baru mendapat sorotan luas melalui film Hidden Figures pada 2016, adalah salah satunya.
Sebagai wanita Afrika-Amerika di NASA pada era 1950-an dan 1960-an, Johnson menghadapi diskriminasi ras dan gender. Namun, kejeniusannya dalam matematika membuatnya menjadi aset berharga. Johnson menghitung jalur penerbangan untuk Misi Mercury, termasuk penerbangan Alan Shepard sebagai orang Amerika pertama di luar angkasa.
Yang paling mengesankan, ketika NASA mulai menggunakan komputer elektronik untuk menghitung jalur orbital John Glenn, Glenn khawatir tentang keakuratan komputer dan meminta agar "si gadis" (merujuk pada Johnson) memeriksa perhitungan komputer secara manual. "Jika dia bilang perhitungannya bagus," kata Glenn, "saya siap terbang."
7. Maryam Mirzakhani: Pembuka Jalan Baru
Hingga baru-baru ini, tidak ada wanita yang pernah menerima Medali Fields—penghargaan tertinggi dalam matematika yang sering disebut sebagai "Nobel Matematika." Hal itu berubah pada tahun 2014 ketika Maryam Mirzakhani, matematikawan Iran, memenangkan penghargaan tersebut atas karyanya dalam "dinamika dan geometri permukaan Riemann dan ruang modulinya."
Mirzakhani terkenal karena pendekatannya yang unik: ia sering menggambar di lembaran kertas besar yang tersebar di lantai, membuat sketsa ide-ide kompleks sambil putrinya menambahkan coretan dan gambar. Metode visualnya yang kreatif membantunya memecahkan masalah-masalah yang telah membingungkan matematikawan selama berabad-abad.
Perjuangan yang Terus Berlanjut
Kisah-kisah para matematikawan wanita ini bukan sekadar catatan sejarah. Mereka mewakili perjuangan yang masih berlanjut hingga saat ini. Meski kesenjangan gender dalam matematika telah berkurang, wanita masih kurang terwakili di tingkat tertinggi bidang ini.
Mengetahui kisah para pionir ini penting karena beberapa alasan:
- Mengoreksi narasi sejarah: Kontribusi wanita dalam matematika terlalu lama diabaikan.
- Menginspirasi generasi baru: Kisah mereka menunjukkan bahwa bakat dan kecerdasan tidak mengenal gender.
- Mendorong kesetaraan: Memahami perjuangan masa lalu membantu kita membangun masa depan yang lebih inklusif.
Matematika bukan hanya tentang angka atau rumus kompleks. Ia adalah tentang kreativitas, ketekunan, dan keberanian untuk berpikir berbeda. Dan kisah para wanita ini mengajarkan kita bahwa, dalam dunia ilmu pengetahuan, tidak ada batasan bagi siapa pun yang ingin berkontribusi.